Pasangan MZA Djalal-Kusen Andalas Unggul di Pilkada Jember Quik Count ;
Hasil Sementara Pilkada Jember, berdasarkan laporan dari Ketua Cabang PGRI di 31 kecamatan di Jember, perolehan suara calon kepala daerah petahana (incumbent), MZA Djalal-Kusen Andalas, melampaui tiga pasangan lainnya. Hingga pukul 17.00, telah ada penghitungan 755.061 suara yang masuk ke Kantor PGRI Kab. Jember. Hasilnya, duet Djalal-Kusen memperoleh 433.913 suara atau 57,47 %. Di bawah Djalal-Kusen, ada pasangan Bagong Sutrisnadi-M. Mahmud dengan 165.569 suara atau 21,93 %. Disusul pasangan Guntur Ariyadi-Abdullah Syamsul Arifin dengan 123.067 suara atau 16,30 %, dan pasangan M. Sholeh-Dedy Iskandar dengan 32.512 suara atau 4,31 %.
Berdasarkan Hasil Penghitungan Radio Prosalina, perolehan suara calon kepala daerah petahana (incumbent), MZA Djalal-Kusen Andalas, melampaui tiga pasangan lainnya. Hingga pukul 17.00, telah ada penghitungan 168.778 suara dari 871 TPS yang masuk ke Prosalina. Hasilnya, duet Djalal-Kusen memperoleh 57,29 persen suara.Di bawah Djalal-Kusen, ada pasangan Bagong Sutrisnadi-M. Mahmud dengan suara 20,31 persen. Disusul pasangan Guntur Ariyadi-Abdullah Syamsul Arifin dengan 15,59 persen, dan pasangan M. Sholeh-Dedy Iskandar dengan 3,59 persen. "Suara tidak sah 3,21 persen, dan jumlah ketidakhadiran di TPS 27,1 persen," kata Edison, salah satu awak prosalina.Hasil Penghitungan Quik Count Pasangan MZA Djalal-Kusen AndalasTim pemenangan pasangan petahana (incumbent), MZA Djalal-Kusen Andalas, mengklaim meraup dukungan 62 persen suara dalam pemilukada, Rabu (7/7/2010). Ini berarti duet tersebut menang dalam satu putaran. Menurut rekapitulasi suara yang diperoleh dari para saksi di TPS-TPS di 25 kecamatan, Djalal-Kusen mendapat 432.184 suara. Angka ini jauh meninggalkan tiga kandidat lainnya.Bagong Sutrisnadi-M. Mahmud hanya mendapat 163.318 suara. Guntur Ariyadi-Abdullah Syamsul Arifin mendapat 127.431 suara, dan M. Sholeh-Dedy Iskandar mendapat 35.119 suara.

Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang lahir pada tanggal 25 November 1945, dengan keuletan, kekompakan, dan perjuangannya telah membuktikan dan menempatkan PGRI sebagai organisasi guru dan tenaga kependidikan yang terbesar di Indonesia, dan tetap eksis hingga sekarang. PGRI tetap menjaga jatidirinya sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan yang bersifat unitaristik, independen, dan tidak berpolitik praktis.
Halaman ini berisi seputar Informasi seputar Pendidikan baik tentang Hasil Pelatihan atau Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar